Hidup bukan hanya sekedar kumpulan waktu, namun juga sekumpulan kesadaran. Karena nilai dari kehidupan kita bukan tentang seberapa lama dan sebentar. Tapi tentang seberapa banyak kesadaran kita terhadap kehidupan itu sendiri.
Kesadaran akan pentingnya memanfaatkan setiap episode waktu yang Allah anugerahkan kepada kita. Kesadaran akan pentingnya syukur dan sabar pada setiap nikmat yang Allah takdirkan kepada kita, dan masih banyak kesadaran-kesadaran lain yang perlu kita renungkan untuk memupuk jiwa yang istiqomah dalam ketaatan kepada-Nya.
Jika kita benar-benar mengerti tujuan hidup, dan kita benar-benar memahami nilai waktu dengan jiwa yang sadar. Sudah seharusnya kita dapat mengisi setiap waktu dengan perkara yang akan menjadikan ridha Penguasa kita, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala .
Dalam Al Qur’an pun sudah sangat jelas sekali, bahkan Allah bersumpah dengan menyebut masa dalam firman-Nya:
وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. [al-‘Ashr/103:1-3].
Sesungguhnya masa merupakan anugerah Allâh Ta’ala, tidak ada cela padanya, manusia-lah yang tercela ketika tidak memanfaatkannya. Bukankah demikian?
Sebenarnya kita itu mengetahui betul seberapa besar nilai dan urgensi waktu dalam kehidupan. Tetapi karena lemahnya kehendak dan tekad. Kita seringkali menggunakan putaran detik, menit, dan jam dengan hal-hal yang tiada guna. Na’udzubillah
Sebagai seorang Muslim, sudah selayaknya kita mengisi setiap waktu dengan amalan shaleh. Sudah selayaknya kita saling berlomba-lomba dalam kebaikan. Sudah selayaknya kita menyadari bahwa setiap detik yang terlewat, berarti menandakan kematian semakin dekat.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan pentingnya memanfaatkan waktu, sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma, dia berkata
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dua kenikmatan, yang kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. [HR Bukhari, no. 5933].
Dunia adalah sawah ladang akhirat. Jika kita dapat menanam kebaikan di dunia, maka kita akan memetik kenikmatan abadi di akhirat nanti. Tetapi, jika di dunia ini kita menanam keburukan, maka kita sendiri yang akan memetik siksaan pedih di akhirat. Na’udzubillah.
Semoga Allâh selalu membimbing kita di atas jalan yang lurus. Aamiin ya rabbal’alamiin…