Allah Ta’ala berfirman dalam Q.S Al-Munafiqun Ayat 10
وَأَنفِقُوا۟ مِن مَّا رَزَقْنَٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَآ أَخَّرْتَنِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”
Nah, tentunya kita sudah tahu bahwa segala sesuatu yang kita miliki itu punya Allah. Bahkan nyawa yang saat ini kita miliki adalah titipan dari Allah SWT. Bahkan nanti jika sudah saatnya di kembalikan kita tidak mempunyai hak sedikitpun untuk mempertahankan apa yang kita miliki saat ini.
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَقُولُ الْعَبْدُ مَالِى مَالِى إِنَّمَا لَهُ مِنْ مَالِهِ ثَلاَثٌ مَا أَكَلَ فَأَفْنَى أَوْ لَبِسَ فَأَبْلَى أَوْ أَعْطَى فَاقْتَنَى وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ
“Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan.” (HR. Muslim no. 2959).
Jadi misalnya gini, kita punya uang Rp.100.000 kemudian kita sedekahkan Rp.10.000. Maka, harta kita yang sebenarnya itu ya hanya Rp.10.000 itu tadi. Karena dari Rp. 10.000 itulah yang kelak menjadi tabungan dan pemberat timbangan kita di akhirat kelak. Masyaa Allah, ternyata harta kita sangat sedikit sekali bukan?
Jadi, jika kita punya harta sedikit maupun banyak, penting sekali bagi kita untuk memperhatikan dengan penuh kesadaran bahwa setiap harta yang diperoleh dan dibelanjakan akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Ta’ala.
Artinya, jangan pernah merasa bebas membelanjakan amanah harta yang Allah berikan. Terutama jika kita dititipin kekayaan dalam jumlah besar bahkan sangat besar, sehingga hidup dipenuhi agenda belanja dunia sampai lupa untuk bersegera belanja akhirat dan pada akhirnya menyesal di dalam kubur. Na’udzubillah
Yukk… mari datangkan kemuliaan tiada henti dari Allah Ta’ala di dunia dan akhirat, dengan membelanjakan harta kita dijalan yang Allah Ridhai.
Jika kita senang dan selalu shopping untuk keperluan di dunia ini, maka sudah saatnya juga kita harus selalu ‘shopping’ untuk keperluan di Akhirat.